5 Destinasi Impian Saya

5 Destinasi Impian Saya

Yuhuuuu… ngomongin traveling itu emang gak ada matinya. Dia bisa membuat adrenalin naik sampai ke ubun-ubun dan membuat denyut jantung berdetak lebih cepat dari biasa **lebay**. Apalagi kalau ngomongin destinasi impian, alamak hati berbunga-bunga seperti gadis yang baru jatuh cintrong. “Amboi rasanya” begitu kata Titi Puspa dalam penggalan lirik lagu Jatuh Cinta nya.

Lah ini ngomongin traveling atau ngomongin jatuh cinta sih. Yah, mumpung ini bulan Februari, jadi, mari kita penuhi dengan cinta, cinta, dan cinta.

Well, kembali ke topik utama ya.

Saya pernah sesumbar ‘gak kepengen traveling lagi setelah kota impian saya, VENESIA, Italy’ sudah terwujud pada tahun 2012 lalu **alhamdulillah**

Eh, rupanya saya salah. Candu traveling begitu kuat menyebar dimana – mana. Saya pun tak sanggup menghindar dari godaannya. Dan ketika ‘sakaw’ traveling saya kumat sementara waktu untuk jalan tidak ada, maka yang paling asyik adalah ‘stalking’in akun sosmed dan nge-blog walking tulisan para traveler. Dan (bukan kebetulan) salah dua dari mereka sejak lama sudah saya follow akun sosmednya. Dua travel Blogger kece mbak @jalan2liburan dan @nyonyasepatu. Dari kedua akun travel blogger ini sakaw saya lumayan terobati (atau malah makin parah?).

Baiklah, untuk mempersingkat waktu, di bawah ini merupakan 5 destinasi impian saya:

1.SANTORINI, YUNANI

Santorini-Greece.jpg
image : google

Yunani saya kenal lewat pelajaran sejarah dunia di bangku sekolah dulu, pertanyaan-pertanyaan seputar Negara ini selalu menari-nari dalam lingkar otak saya. ‘Seperti apakah rupanya? Letaknya dimana?’ dan lain-lain.

Sejak ‘melihat’ kota Santorini di media sosial dimana bangunan-bangunan cantik di atas bukit yang didominasi oleh warna putih beratap biru membuat tidur saya sedikit terganggu. Langit dan laut yang biru melengkapi keindahan bangunan tersebut. Serasi sekali. Dalam sekejap, Santorini berhasil meluluh lantahkan hati saya. *halah.

Saya sering ngayal-ngayal cantik, someday apabila takdir membawa saya kesana, saya akan memakai baju dan topi pantai lebar berwarna biru (biar matching sama atap bangunannya, haha). Kemudian berfoto-foto manja ala-ala model. Gegoleran di anak tangga, di kursi-kursi panjang, dan dimana-mana terserah saya dong. Namanya juga ngayal ya buk, ya pilih yang bagus-bagus dong. haha

2. HALLSTATT, AUSTRIA

View of Hallstatt village with lake and Alps behind, Austria
image : google
images
sumber foto : google

Damn! menyesal banget ketika saya ke Austria waktu itu gak sempat mampir ke kota ini. Dari Salzburg ke Hallstatt membutuhkan waktu tempuh 2,5 jam berkereta.

Hallstatt langsung mencuri hati saya begitu melihat foto-foto mengenai kota ini. Bangunan dengan atap berkerucut persis di pinggir danau Hallstattersee dan pegunungan Alpen di belakangnya menyajikan pemandangan yang luar biasa indah dalam segala musim. Melihat foto-foto kota mungil ini menerbangkan saya ke alam impian. Luar biasa hasil karya Tuhan. Disebarkannya keindahan di muka bumi untuk dikunjungi, dinikmati, dan di syukuri keberadaannya.

Ah, alangkah bahagianya apabila tiba-tiba ada yang ngasih door prize, giveaway, atau apalah kepada saya untuk mengunjungi kota ini. Ngayal lagi. Hahaha.

 

3. GIETHOORN, BELANDA

 

giethroom3
sumber foto : google

 

giethoorn2
sumber foto : google

 

Oh my GOD. Rupanya, Belanda tidak pernah berhenti membuat saya jatuh cinta. Setelah Amsterdam, Vollendam, dan Edam, sekarang giliran Giethoorn.

Harus di akui, era digital ini memudahkan kita untuk mendapatkan informasi. Sebuah kota kecil nun jauh di negeri kincir angin sana dapat kita akses kapan saja hanya dengan jari-jari kita.

Giethoorn adalah kota kecil yang terletak di Steenwijk, Overijssel dengan waktu tempuh 2.5 jam dari Amsterdam. Kota kecil yang juga dijuluki sebagai Venice of the Netherland ini adalah pemukiman warga yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Saya terpesona dengan rumah-rumah mungil nan cantik khas Belanda yang di bangun di pinggir sungai yang bersih, bunga-bunga bermekaran di mana-mana menambah asri dan nyaman untuk di kunjungi. Betapa indahnya suatu hari dapat menyusuri kanal-kanal nya dengan menaiki boat.

Untuk foto-foto disini sangat cocok memakai baju ala-ala princess gitu kali yaa. hehe

Di saat menulis ini saja gambaran kota ini begitu terpampang nyata di pelupuk mata saya.

Oma, opa, tunggu saya ya. “I’ll be there, someday…” aamiin.

 

4. SIDNEY, AUSTRALIA

 

sydney-opera-house-152930
sumber foto : google

Well, benua kanguru ini belum pernah saya kunjungi. Entah kenapa Negara ini lewat-lewat saja dalam bucket list, namun belakangan ini selalu menari-nari dalam bayang impian saya.

Oke, siapa yang tidak mengenal opera House yang menjadi icon kota Sidney? Hayooo ngacung. Hehe. Bangunan unik yang berdiri di ‘atas’ pantai ini begitu cantik dengan atap putih menggambarkan layar kapal yang terkembang. Bangunan yang di design oleh seorang arsitek Denmark bernama Jorn Utzon Oberg yang juga peraih hadiah Pritzker, yaitu penghargaan yang diakui secara global sebagai penghargaan tertinggi bagi karya arsitektur. Wow!

Sidney Opera House sangat serasi dengan warna biru laut yang mengelilinginya. Burung-burung camar bercengkrama dan lampu-lampu hias memberi kesan romantic. Jalan-jalan sore di tempat itu sepertinya menyenangkan. Hhmm, kira-kira pakai baju apa ya untuk foto-foto cantik di sana? hihi

Dear my husband honey bunny, kapan kira-kira dirimu akan menggandeng tanganku kesana?

Dududu….

 

5. AGRA , INDIA

 

taj-mahal-1
sumber foto : google

 

Walau pun India dikenal sebagai destinasi yang sangat jorok di dunia, namun saya tetap bermimpi untuk bisa menjejakkan kaki disana, suatu hari nanti.

Terus kenapa harus ke Agra? jawabannya gampang saja, karena Taj Mahal terletak di kota ini. Bangunan indah berwarna putih ini merupakan magnet utama yang selalu menarik-narik saya untuk di kunjungi. Membayangkan akan berfoto-foto narsis di depan bangunan indah ini saja sudah membuat saya menari-menari ala penari India. haha.

Taj Mahal Adalah lambang cinta sang maharaja dinasti Moghul yang bernama Shah Jahan untuk istrinya, Mumtaz Mahal.

Bangunan yang merupakan situs warisan dunia UNESCO ini juga merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia.

Semoga tahun ini (2017) impian saya untuk kesana  bisa terwujud. Wish me luck yaa…

 

‘Tulisan di atas diikutsertakan untuk giveaway milik Jalan2Liburan dan Nyonya Sepatu

5 Makanan di Jambi Yang Wajib di Coba

Pernah tinggal sekitar 3 (tiga) tahun di Jambi membuat saya teringat akan kuliner khas dan lezat yang ada di daerah tersebut. Dari sekian deretan makanan enak – enak itu saya ingin membagi informasi paling tidak 5 (lima) macam makanan yang wajib anda coba kalau sedang melancong ke kota yang Gubernurnya (pada saat ini) di jabat oleh seorang mantan artis terkenal Indonesia (penting gak ya? hehe).

berikut 5 makanan di Jambi yang wajib di coba (versi saya) :

1.  Dendeng Batokok

 

dendeng-batokok
sumber foto dari mbah Google

Entah bagaimana ceritanya, dendeng batokok yang nota bene merupakan salah satu  kuliner khas daerah Minangkabau ini bisa menjadi salah satu andalan kuliner wajib coba di Jambi.   Batokok sendiri dalam bahasa Minangkabau berarti dipukul (di tokok). Hal ini berkaitan dengan cara pengolahan makanannya yaitu di pukul / di pipihkan sebelum di panggang atau di goreng.

Dendeng batokok merupakan kuliner pertama yang di perkenalkan oleh suami saya begitu saya, ibu, dan anak saya tiba di Jambi tahun 2003 lalu (suami sudah tiba duluan). So lama gan. Tapi rasa dendeng batokok masih terasa di tenggorokan Hayati hingga kini bang. **aiihh, mak**

Pada saat itu kami menikmati makanan ini di sebuah rumah makan sederhana di bilangan daerah Sipin, Jambi. Rasa dagingnya empuk, gurih dan pedasnya nendang banget, khas kuliner Sumatera yang memang sangat suka dengan rasa pedas.

“aih, ena’ nian lah” begitu kata orang Jambi yang berarti “ah, enak banget”.

Dendeng batokok ini sangat lezat dinikmati dengan nasi panas dan sambal lado yang telah di siram di atas daging batokok. Lebih nikmat lagi kalau ada  si dia disamping. **eeeaaaaa

 

2. Empek – empek

 

resep-empek-empek
sumber foto : Google

 

Seperti juga di Palembang,  Jambi pun terkenal dengan empek empeknya yang enak. Makanan olahan ikan, tepung, dan bumbu-bumbu  ini dapat kita temui di berbagai tempat di Jambi.  Baik di tempat makan biasa, pasar tradisional, bahkan tidak jarang di hotel berbintang pun menyediakan makanan ini. Beberapa tempat yang  paling nge-Top antara lain empek-empek Selamat, empek-empek Asiong, dan empek-empek Mamad.

Yang sedikit unik menurut saya adalah mpek-mpek ubi jalar. Mungkin empek-empek ini  kurang populer  bahkan tidak lazim. Terbuat dari bahan dasar ubi jalar dan tepung. Di makan dengan air cuko (kuah asam). Empek-empek jenis ini relatif lebih gampang di buat sendiri di rumah. Saya pribadi sangat suka dengan mpek-mpek ‘sederhana’ ini. Biasanya saya beli di pasar tradisional Kasang, sebuah pasar yang kebetulan dekat dengan tempat tinggal saya dulu.

Di kedai yang paling nge-Top yang saya sebutkan di atas tidak menyediakan empek-empek jenis ini.

 

3. Tempoyak

 

tempoyak
Sumber foto : Google

 

Peribahasa mengatakan : Lain ladang lain pula belalangnya. Kalau di daerah lain, durian biasa dimakan buahnya atau di buat cake,  maka di Jambi durian dibuat untuk lauk teman makan nasi putih.

masakan olahan ini terbuat dari durian yang sudah di fermentasi. Biasanya di campur dengan ikan segar, tapi bisa juga tanpa ikan. Rasanya sedikit asam dan memiliki aroma durian yang cukup pekat.

Saya pribadi tidak terlalu suka dengan kuliner yang satu ini. Rasanya sedikit aneh di lidah saya.  Tapi tidak ada salahnya mencicipi tempoyak di daerah asalnya, paling tidak sekali seumur hidup.

 

4. Nasi Gemuk

 

resep-nasi-lemak-ala-malaysia
sumber foto : Google

 

Bagi wanita yang sedang menjalani program diet pasti sudah parno duluan membaca ‘judul’ makanan ini. “duh, menyeramkan…’  belum di makan saja sudah gemuk apalagi kalau di makan, ya? hehe.

Tenang gan, nasi  gemuk yang dimaksud disini bukan nasi yang membuat kita menjadi gemuk, atau bentuk nasinya yang gendut,  tapi nasi gemuk ini rasa dan penyajiannya mirip dengan nasi uduk khas Betawi atau nasi lemak khas Melayu. Aromanya sedap dan rasanya gurih.  Nasi gemuk biasanya disajikan dengan ayam goreng, kacang tanah yang di goreng, potongan telur rebus, ketimun, dan tidak lupa sambal balacannya (balacan = terasi).

Saya sarankan kepada anda untuk tidak melewatkan pagi tanpa sarapan dengan nasi gemuk.

Coba deh, dijamin anda akan gemuk setelah makan ini. **just kidding

 

5. Mie Celor

 

resep-dan-cara-membuat-mie-celor
sumber foto : Google

Jangan salah nyebut ya gan. Mie Celor, pakai C  bukan T  **halah gak penting**

Mie celor adalah makanan yang terbuat dari mie telor yang di rebus kemudian di siram dengan kuah udang kental dan di sajikan dengan potongan telur ayam rebus, tauge,  daun kucai  kemudian di taburi bawang goreng dan perasan jeruk nipis.

Tampilan kuah mie celor sedikit ‘butek’ , tidak bening seperti mie kuah atau pun soto khas Jawa. Tapi istilah “don’t judge a book by it’s cover’ sangat berlaku untuk makanan yang satu ini. Jangan lihat buteknya gan, coba dulu, dijamin anda akan ketagihan dan pengen lagi dan lagi. Eh ini iklan apa ya?

Mie celor sangat unik dan sangat kaya cita rasa. Kuah yang di dominasi rasa udang dan bumbu-bumbu lain membuat makanan ini sangat sayang untuk dilewatkan apabila anda berkunjung ke Jambi.

Kuah udang lah yang membedakan mie ini dengan olahan mie di daerah lain. Saya yakin, anda akan ketagihan menikmati mie ini. hehe. Coba deh!

 

** Makanan apa yang wajib anda cicipi kalau ke daerah – daerah di Indonesia? yuk, sharing di kolom komen ya.

5 Negara Yang Membuat Saya Ingin Kembali

Sebenarnya tidak ada dalam kamus saya untuk kembali ke suatu Negara/kota yang pernah saya kunjungi. Karena kalau kembali ke tempat yang sama, itu berarti mengurangi kesempatan untuk melihat Negara lain. Dunia begitu luas , alasan waktu dan uang yang membuat saya tidak ingin datang kembali ke tempat yang sama.

Namun untuk 5 negara berikut ini terpaksa saya harus melanggar janji saya sendiri.

Berikut Negara-negara tersebut ;

1. BELANDA

Amsterdam9

edam1

Negara ini membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Saya begitu terpesona dengan pemandangan, kanal-kanal cantik, bangunan tuanya, dll.

AMSTERDAM dengan deretan bangunan seragam di atas kanal yang akan terpantul indah pada malam harinya. Lalu lalang pengguna sepeda di jalan-jalan yang mengingatkan saya pada kota Jogjakarta. Sistem transportasi yang berpusat di satu tempat, sehingga memudahkan para penumpang untuk mendapatkan moda transportasi yang akan digunakan.

Kota VOLENDAM dengan deretan rumah mungil nan rapih teratur di pinggir pantai nampak bunga-bunga warna warni di halaman rumah, café-café menarik yang berjejer rapih di sepanjang pantai.

Kota EDAM dengan kehidupan alami dan asri di pinggir sungai yang cantik. Rumah-rumah mungil yang dikelilingi oleh taman bunga beraneka warna. Oma opa duduk santai di beranda rumah menikmati sore sambil membaca dan menyeruput minuman. Ah, indahnya.

2. AUSTRIA

europe-trip-6-506

Sebenarnya, dalam rangkaian traveling saya ke Eropa, Austria tidak ada dalam list Negara yang akan dikunjungi. Namun seorang teman menyarankan untuk mampir kesini. “menyesal bu kalau ke Eropa tapi gak mampir di Austria” katanya.

Singkat cerita, saya pun mampir di kota Salzburg, salah satu kota di Negara Austria. Kota ini begitu tenang dan damai. Seperti kebanyakkan kota-kota di Eropa, Salzburg pun di kelilingi bangunan-bangunan tua yang dibangun sangat rapih dan teliti.

Hohensalzburg Castle adalah salah satu peninggalan sejarah yang terletak di atas bukit di dalam kota. Dari atas castle ini kita bisa menikmati pemandangan kota. Tidak jauh dari area caste juga terdapat rumah composer besar Mozart.

Saya merekomendasikan Salzburg sebagai kota wajib kunjung kalau anda traveling ke Eropa.

3. JEPANG

kyoto20

Ah, Jepang menawarkan sebuah keasyikkan yang komplit. Negara ini begitu ‘memanjakkan’ kita begitu tiba di airportnya. Siapa pun pasti menyukai keteraturan dan kebersihan, bukan? Jepang adalah jawabannya.

Kecanggihan sarana dan prasarananya serta kebersihannya bisa kita temui sampai dalam TOILET (maaf). Bayangkan saja, di dudukkan toilet terdapat berbagai macam tombol untuk berbagai macam kebutuhan. Untuk flush buang air kecil, besar, bahkan untuk pengeringnya juga ada. Hebat kan. Pesan dari saya, ‘jangan sampai anda salah mencet ya’ hehehe.

Orang-orangnya pun sangat ramah dan helpful. Mereka tidak segan mengantar kita sampai di hotel kalau kita tidak tahu jalan.

Dan, bagi anda penyuka kuliner, Jepang juaranya. Mulai dari camilan kue-kue, permen, sampai makanan besar semuanya enak pakai banget. So, jangan pikir panjang, segera masukkan Jepang kedalam bucket list anda.

4. MALAYSIA

mama-pung

Sejak mengenal traveling mandiri alias backpacking tahun 2011 lalu, bisa dikatakan Kuala Lumpur menjadi tempat persinggahan saya sebelum melanjutkan perjalanan ke Negara-negara selanjutnya. Akibat seringnya bolak-balik kesana membuat saya rindu untuk bertemu **halaaahhh** saya bisa tiba-tiba kangen pengen kesana hanya alasan mau minum teh tariknya, makan roti canainya, dan juga nasi kandarnya. Kadang jatuh cinta itu memang bisa datang dari arah mana saja tanpa kita duga. **Haha, mamak-mamak baper**

5. CHINA

makan-gratis

xian-penjual1

xian-penjual

Kota Xi’an dengan Moslem Square-nya membuat saya selalu ingin kembali ke negeri tirai bamboo ini.

Bertemu dengan saudara seiman di negeri Cina itu merupakan pengalaman sekaligus memberikan ketentraman yang luar biasa. Sungguh tidak bisa di lukiskan dengan kata-kata.

Di Xi’an kita bisa merasakan sholat di masjid yang berusia ribuan tahun. Di jamu dan makan bersama keluarga besar muslim xi’an. Dan, yang membuat bahagia itu ketika melihat warga moslem square berhijab dan bertopi haji, menikmati aneka ragam kuliner khas mereka yang super nikmat dan tentu saja halal.

Izinkan saya untuk kembali kesana, ya Allah.

Saya Traveling, Saya Ngeblog, dan Saya Happy!

blog2
Dengan ngeblog kita juga bisa “masuk Tipi”. Happy doong pastinya, hehehe

Setelah “mengumpulkan” tugas menulis sebagai rangkaian tugas dari kelas workshop Anging Mammiri kemarin., sekarang giliran menulis untuk mengikuti lomba yang juga diadakan oleh komunitas blogger Anging Mammiri, Makassar (cieee, ikut lomba nih yee 😀 😀 😀 ).

Kalau yang kemarin tidak ada satupun nama saya masuk nominasi untuk sekian kategori yang dilombakan, maka kali ini saya berharap semoga saya bisa masuk jadi salah satu juaranya. Haha pede banget yaa?Itulah salah satu yang membuat kita happy menjadi blogger (jiaahhh, udah ngerasa sebagai blogger nih), mau nulis apa saja boleh, gak ada yang larang. Mau nulis harapan kita semoga jadi salah satu pemenang, ya boleh–boleh saja dong, lha wong ini blog saya kok, selama tidak membuat orang lain tersinggung sih, it’s oke saja. malah mungkin kamu yang baca tulisan ini akan senyam senyum sendiri, iyaa kaan? Hayooo senyuuuum.. hahaha

Baiklah, saya akan cerita sedikit kenapa saya bisa terjun bebas dalam dunia ngeblog ini.

Semua dimulai dengan ketidaksengajaan. Saat itu, di bulan Januari tahun 2016, tiba- tiba saja kelas penulisan Travel Blog digelar di warkop kami (emangnya tikar digelar?), saya yang tahu diri bahwa saya sama sekali tidak punya bakat tulis menulis tidak berani mendaftarkan diri. Lah iyalah, wong nulis status atau caption di FB saja saya gak sanggup, apalagi harus menulis panjang kali lebar sampai ratusan kata. Waduuhh, ampun, nyerah deh…..

Tapi, suami saya ‘memaksa’ saya untuk ikutan.

“ikut saja, kan kelasnya akan diadakan di warkop kita,” katanya.

“kamu tidak akan pernah tahu kalau kamu bisa sebelum kamu mencobanya,” katanya lagi.

Saya mengalah, seperti yang sudah – sudah (jiaahhh curcol).

blog1
Kelas Travel Blog I, bertempat di warkop Coffeegrapher

Singkat cerita, di akhir kelas hari itu, ‘dosen pembimbing’ memberikan sebuah tugas yang harus di buat, yaitu tentang pengalaman sewaktu traveling. Panjang tulisan minimal 500 kata. Jeng jeng.

Tentu saja tugas ini menjadi ‘siksaan’ bagi saya.

‘lima ratus kata, bow. Darimana saya harus ‘memungut’ kata–kata sebanyak itu?” batin saya.

Namun, Entah dapat wangsit dari mana, begitu buka laptop dan memulai menulis, kata demi kata seperti mengalir tak terbendung ** jiaahh ** tulisan pertama saya bukan cuman 500 kata tetapi lebih dari 1000 kata sodara – sodara!

blog3
Dengan komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis, seusai liputan acara kepenulisan oleh MetroT V
blog4
Daeng Ipul bilang :”blogger yang baik adalah pembaca yang ‘rakus’.  Lihat dong, tumpukkan buku-buku di atas meja itu.
blog5
bersama teman-teman kelas Travel Blogger. Always happy with big smile

Sejak saat itu, saya mulai merasa ‘asyik’ dengan dunia tulis menulis ini. Lebih – lebih lagi, saya memilih ‘jalur’ Travel Blog sebagai genre tulisan saya. Karena dunia traveling merupakan hobi saya, jadi lebih mudah bagi saya menemukan ide untuk diangkat menjadi tulisan. **asyiiik (boleh senyum lagi, dong 😀 )

Traveling adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Kemudian mengabadikan cerita perjalanan tersebut ke dalam bentuk blog itu akan membuat kisah perjalanan kita bisa dikenang dan di ‘ingat’ sepanjang masa. Saya malah punya mimpi, suatu saat kisah perjalanan saya bisa dibukukan supaya bisa dilihat dan dibaca orang dengan lebih luas lagi. Berbagi pengalaman itu bisa membuat kita happy, kan?

Belakangan ini, saya kerap ikut mendampingi kegiatan suami yang lumayan padat. Seringkali, di suatu acara kita ‘diharuskan’ untuk mengisi daftar tamu. Kolom nama, nomor telepon, dan alamat sudah lolos di isi, begitu tiba di kolom ‘profesi/pekerjaan’ saya akan merasa stuck, bingung mau ngisi apa. Masa saya harus mengisi dengan tulisan ‘ngekor suami?’ gak banget dong. Nah, sejak ngeblog, saya punya jawaban untuk mengisi kolom itu, yup saya mengisi kolom profesi/pekerjaan saya sebagai BLOGGER!

It’s sound so cool and make me verry happy.

Selain menulis cerita perjalanan. Saya sangat menikmati kalau ada acara workshop atau sekedar acara ngumpul – ngumpul dengan para blogger. Dari acara – acara tersebut, saya bisa menyerap ilmu lebih banyak lagi dari para pemateri dan dari teman – teman blogger yang sudah ‘jagoan’ di bidangnya.

blog6
ngumpul-ngumpul dengan teman blogger dalam rangka ulang tahunnya De Nina
blog7
belajar lagi, ketemu lagi, dan happy-happy lagi

Dengan ngeblog saya bisa berkenalan dan bertukar cerita dengan teman–teman baru dari segala kalangan dan latar belakang pendidikan. Tentu saja hal ini bisa menambah wawasan dan menambah teman. Sesuai yang dianjurkan oleh suami saya untuk bisa mengenal paling tidak satu orang dalam sehari.

Ber- haha hihi dengan mereka membuat saya lebih sering tersenyum bahkan tertawa lepas seperti tidak ada beban. Kalau sudah begitu, rasanya bunda jelita (jelang lima puluh tahun maksudnya) ini tidak butuh memakai segala macam krim perawatan dokter untuk mengencangkan kulit wajah saya. Cukup datang dan ngumpul dengan teman – teman sesama blogger sudah membuat happy dan awet muda!

Yuhuuuuu…..

Tulisan ini disertakan dalam Lomba blog #10tahunAM”

LOSARI

loasi-kelabu

Pantai Losari yang merupakan ikon dari kota daeng ini semakin dikenal luas, tidak saja dikalangan masyarakat lokal Makassar saja, tetapi sudah me-Nasional bahkan sampai manca Negara.

‘jasa’ sosial media tidak bisa dianggap enteng. Bagaimana tidak, setiap orang yang berkunjung ke kota Makassar, bisa dipastikan mereka akan datang ke pantai Losari dan mengunggah foto narsis yang berlatar tulisan besar PANTAI LOSARI akan di unggah di beranda facebook atau pun akun sosial media yang lain.

Saya sendiri bukanlah penduduk asli Makassar. Saya dan keluarga pindah ke kota yang terkenal dengan pisang epe dan beberapa kuliner enak lainnya ini, sejak tanggal 9 Agustus 2010, karena suami yang bekerja di salah satu perusahaan provider mendapat tugas disini. Sebelumnya kami menetap di Bali selama hampir 3 (tiga) tahun.

mamapapa
Sebelum menetap, saya pernah beberapa kali kesini. Losari pada saat pertama saya berkunjung di tahun 1998 masih terkesan asli. Belum ada bangunan – bangunan seperti yang kita lihat saat ini, bahkan tulisan PANTAI LOSARI yang termashur itu tidak ada. Yang ada hanya deretan penjual makanan yang berjejer dari selatan ke utara. Berbagai macam kuliner khas seperti pisang eppe, mie kering, coto, es pallu butung, es pisang ijo, dan lain – lain dapat kita jumpai dengan ‘sekali duduk’. Kawasan kuliner ini juga dikenal sebagai warung terpanjang di dunia. Disebut begitu karena panjang warungnya hingga mencapai 1 (satu) kilometer (sumber Wikipedia).

Losari saat ini tentu saja sudah berubah wajah. Bibir pantai yang dulu masih bisa kita nikmati ketika duduk makan pisang epe disalah satu warungnya, kini sebagian sudah tertutup beton. Bangunan – bangunan sudah hampir memenuhi sepanjang pantai ini. Mulai dari Masjid Terapung, patung – patung para pahlawan daerah, patung becak (yang juga menjadi alat transportasi yang sempat berjaya di masanya), patung sapi yang merupakan simbol dari Tanah Toraja, gapura, bangunan kecil yang dijadikan pusat pameran lukisan karya para seniman Makassar, dan tentu saja tidak ketinggalan tulisan – tulisan yang menjadi simbol suku Bugis Makassar terpampang jelas dan nyata, yang dijadikan sebagai latar untuk foto- foto narsis para penikmat pantai.

hasanuddin3

‘Aroma’ reklamasi pantai juga menjadi catatan tersendiri bagi warga kota. Entah ini membawa angin kebahagiaan atau malah sebaliknya. Semoga saja masyarakat umum nantinya masih bisa ikut menikmati senja yang indah tanpa ada gangguan dan retribusi yang harus dibayar pada pengelola pantai. Semoga.

Bagi pengunjung yang ingin berkeliling menikmati pantai, dapat menyewa boat kecil yang berbentuk bebek. Di area pantai Losari juga sekarang berdiri sebuah café terapung.

“cecece, hebat mentong pantai Losari sekarang, di”, seloroh seorang pengunjung lokal dengan logat Makassar yang kental, yang berdiri persis di sebelah saya di suatu senja ketika menikmati matahari yang pulang.

Bagi saya, Losari tidak pernah membosankan. Sunsetnya masih memesona walau sekali – sekali terhalang kapal penumpang atau kapal pengangkut container yang melintas.

Saya dan suami sering menjadikan Losari sebagai tempat jogging, atau sekedar sarapan bubur kacang atau bubur ayam sambil memandang laut sepulang dari mengantar anak ke sekolah.

Sungguh hal itu merupakan kegiatan kecil yang membahagiakan. Sekali pun saya bukanlah warga asli Makassar, namun saya punya “mimpi” untuk pantai ini. Saya membayangkan suatu saat nanti, deretan penjaja makanan bisa diatur dengan rapih. Tidak ada lagi tenda – tenda yang membuat foto sangat tidak INSTAGRAMABLE. Kursi dan meja cafenya dibuat seragam dengan satu warna, dengan penataan teratur seperti café – café cantik di luar negeri.

Mimpi saya mungkin terlalu tinggi, tapi saya yakin kalau ada kemauan dari pemerintah dan seluruh komponen yang berwenang, tentu saja hal itu bukan mustahil bisa terwujud. Tinggal bagaimana kita sebagai warga kota bisa ikut serta memelihara sarana dan prasarana yang ada.

Satu hal lagi, PR kita bersama adalah ikut menjaga kebersihan pantai Losari. Banyak hal – hal kecil yang bisa dilakukan, semisal membuang sampah pada tempat – tempat yang sudah disediakan, tidak membuang puntung rokok yang masih menyala kedalam tong sampah sehingga menyebabkan tong sampah terbakar dan rusak, dll.

Saya yakin, hal – hal kecil ini bisa berdampak besar kalau kita semua mau melakukannya. Hingga pada akhirnya, slogan pemerintah yang menjadikan Makassar sebagai KOTA DUNIA dapat terwujud dan dapat kita banggakan bersama.

 

Cheers…

 

under-the-sunset

 

Catatan : Tulisan ini dibuat sebagai tugas menulis dari kegiatan workshop Blogger Anging Mammiri.

Gatot ke India

12821341_1151583104853098_2246342825959868607_n.jpg

Agak ‘melenceng’ nih, kalau selama ini blogger menulis cerita tentang perjalanan mereka, saya malah menulis tentang sesuatu yang belum terjadi. Ke India buat saya baru sekedar mimpi doang, karena sampai saat ini saya selalu GATOT pergi ke India. Hehehe.

Jadi, Ceritanya, salah seorang teman di facebook berhasil membuat saya baper luar biasa pagi ini. Tiba – tiba dia posting di FB-nya akan membuka open trip ke India. Iya, ke India. Negara yang membuat saya berkali – kali ‘hampir pergi’. Catet, HAMPIR PERGI. Hahaha. Kalau teman saya yang berhasil bikin saya baper itu sudah bisa dibilang ‘khatam’ tentang India, saya yaa itu tadi. Hiks.

Buku dan segala macam informasi tentang India sudah saya kumpulkan sejak lama. Bahkan berkali – kali setiap teman yang baru balik dari India, saya datengin hanya untuk mendengarkan cerita dan menanyakan segala hal tentang Negara tersebut. Parah yaa?

oke, saya akan cerita sedikit kenapa saya dan keluarga bisa GATOT ke India. Check it out.

 

GATOT Pertama

Setelah sebelumnya kami traveling ke Vietnam dan Kamboja, maka saya sudah sangat yakin India dengan Taj Mahal yang menjadi tujuan utama kami adalah Negara selanjutnya yang bakal kami sambangi.

Seperti biasa sebelum traveling, saya sempatkan beli buku mengenai Negara yang akan dikunjungi. Sebagai referensi dan biar gak nyasar di Negara orang. Dan saya yang pelupa parah memang lebih aman membuka buku ketimbang mengandalkan daya ingat yang sudah mulai menurun dimakan usia. *jiaaahhh curhat.
Gak tanggung- tanggung, saya membeli 2 buku sekaligus. Niat kan?

Sudah gugling dan lain – lain. Sudah pula intip – intip harga tiket, ngebandingin satu penerbangan dengan penerbangan lain. Melihat – lihat hotel/penginapan yang akan di inapi nantinya. Dan tentu saja sudah gugling tempat-tempat apa saja yang bakal dikunjungi.

Namun, manusia hanya bisa berencana, Tuhan pemilik langitlah yang menentukan. Tiba – tiba di TV, ramai pemberitaan mengenai panasnya India yang kala itu sampai puluhan derajat hingga mampu ‘melumerkan’ aspal, dan tidak sedikit memakan korban jiwa. Masya Allah.

Tanpa mengurangi rasa duka cita yang mendalam atas bencana yang terjadi disana, dilain pihak, saya pun bersyukur karena dengan adanya pemberitaan itu kami berhasil terhindar dari bencana. Bagaimana seandainya kalau kami langsung pergi saja tanpa menghiraukan atau memantau cuaca disana.

Alhamdulillah. Semua kejadian pasti ada hikmahnya.

“Next time aja”, kata saya mencoba menghibur diri. Toh masih ada hari esok, kan.

12193664_1259951987368287_4967344785615882907_n

GATOT ke- 2

Semua orang pasti tidak menginginkan apa yang sudah menjadi rencananya batal begitu saja. Namun, lagi – lagi kita hanya bisa berencana.

Pada bulan April 2015 lalu, disaat anak saya libur sekolah, kami kembali merencanakan perjalanan ke India. Sama seperti pengalaman yang pertama, saya dan suami sudah detail membuat itinerary dan segala tetek bengeknya. Setelah mendekati waktu keberangkatan, kami mencari tahu keadaan disana. Selain gugling di internet, kami menanyakkan langsung kepada beberapa orang kawan yang memang tinggal di sana. Jawabannya sama, suhu di India sedang panas2nya.

Lagi – lagi saya mengalah pada kenyataan yang ada. Bagaimana pun kepengennya hati menjejakkan kaki di India, saya harus realistis. Daripada ‘terpanggang’ disana mending urungkan niat.

Akhirnya, saya mencoba untuk ‘berpaling’ ke Myanmar, kota dengan seribu pagodanya. Eh, ternyata disana juga kata mbah google lagi puanas juga.

Ya udah, akhirnya kami putuskan ke Jakarta saja berkumpul dengan keluarga saya. Tapi dasar gak mau rugi dengan liburan sekolah yang lumayan itu, akhirnya kami pun tergoda dengan tiket promo ke Thailand. Yuuuukkk kita cuus ke Negara Gajah putih saja, tanpa gugling bagaimana cuaca disana. Toh, Thailand relative ‘dekat’ dengan Jakarta, pastilah suhunya mirip – mirip saja. Begitu pikir saya.

Aaahhh, ternyata sodara – sodara, suhu disana juga sedang hot-hotnya. Begitu keluar dari Mueng Duong airport, udara puanaaas serasa menampar keras. Aduuuuuhhh ampuuunn.

“merah pipi Hayati, bang….”

 

😀 😀 😀

12472433_10154152399529903_6317989623496264521_n

———- bersambung ———-

Negri Van Oranje That I love

Holland.jpg
foto kincir angin ini saya foto di bus, di perjalanan ke Volendam

Dari judulnya, mungkin anda langsung teringat akan sebuah film layar lebar ber-genre drama yang baru tayang di bioskop beberapa minggu belakangan ini. Sebuah film yang menceritakan tentang sekelompok anak muda yang sedang melanjutkan study di Belanda.

Bukan, bukan itu yang akan saya bahas. Bukan juga mau membahas tentang sejarah kelam bangsa kita tercinta yang dijajah Belanda selama 350 tahun.

Tapiiiii…, yuuuukk dibaca terus yaaa pemirsaa, eh pembacaa 😀 😀 😀

 Amsterdam9.jpg

Mendengar nama Belanda, apa sih yang ada di pikiran anda? Bangsa penjajah, kincir angin, kanal, keukenhof, red light distrik? Yuuupp seratus untuk anda. Belanda sangat identik dengan itu semua.

Belanda adalah Negara ke tiga yang kami, #segitigasamacinta, sambangi dalam rangkaian perjalanan keliling Eropa kami. Ciiieee, keliling Eropa booooww. Padahal mah cuman beberapa Negara doang. :-p :-p :-p

Saya pribadi sangat penasaran ingin melihat dari dekat seperti apa sih rupa negeri Belanda? Negeri yang selalu disebut – sebut dalam buku sejarah Indonesia. Negeri dimana sebagian besar tokoh – tokoh bangsa Indonesia ‘tempo doloe’ menuntut ilmu.

Belanda bukanlah alasan saya untuk menginjakkan kaki di benua biru. Karena sebelumnya saya punya kota favorit di belahan Negara lain. Ach, tapi nantilah. Mengenai kota itu akan saya ceritakan di tulisan yang terpisah. Deileehh, ciyuuuss? Emang bisa nulis? 😀 😀 😀

Kami masuk Eropa melalui Negara Perancis. Menginap 2 (dua) malam di sana, terus singgah di Belgia sebentar, kemudian melanjutkan perjalanan ke Belanda.

Amsterdam

Amsterdam8.jpg

Kanal dan bangunan khas Belanda

Dengan menggunakan moda transportasi bus, kami meninggalkan Brussels. Hanya membutuhkan waktu 3 – 4 jam, kami sudah bisa menginjakkan kaki di negeri Belanda.

Tiba di Amsterdam sekitar pukul Sembilan malam. Langit masih sangat terang saat itu. Maklum pada waktu summer, langit eropa terang lebih lama.

Suara bising wisatawan dari berbagai penjuru dunia memenuhi segala sisi. Rupanya orang Eropa suka sekali bepergian dikala summer. Dan malam itu kebetulan kesebelasan Oranje sedang berlaga di piala eropa. Tidak heran di sana sini banyak orang memakai baju kebanggaan sang tim. Lautan oranje ‘merubah’ warna malam. Halaaahh ko jadi puitis giniiihh yaa…

Kami menikmati Amsterdam di malam hari, sambil menggeret koper dan mencari penginapan. Melewati Dam square, madam tussaud, dan menyusuri kanal – kanal cantiknya.

Sekejab Amsterdam sudah ‘mencuri’ hati saya. Seperti itu. Mi apaaa? Miyabi. Eh salah. :p :p

Amsterdam4.jpg
Kanal cantik

Setelah makan malam ringan dan akhirnya mendapat kamar, kami pun istirahat. Membiarkan para supporter tim Oranje larut dengan yel-yel, dan hiruk pikuk sebuah pesta olahraga.

Walaupun waktu tidur yang sangat singkat, tapi tidak menghalangi kami untuk bangun pagi. *asyiikkk.

Hostel menyediakan sarapan bagi tamunya. Walau pun hanya berupa roti bakar doang, tapi sudah cukuplah untuk sekedar mengganjal perut.

Jonas6.jpg
Saya dan Bunga di depan Madame Tussaud

Setelah rampung sarapan, kami tidak langsung pergi. Suami saya sibuk mencari hotel, sementara saya dan Bunga ‘dititipkan’ di hostel (barang kali di titip 😀 ), Biar tidak terlau crowded seperti tadi malam, begitu alasan suami saya. Iiihh sooo sweet banget siihh kamyuuu papse 😀 😀 😀

Amsterdam1.jpg
#segitigaSamaCinta di depan Dam Square…

VOLENDAM

Setelah pindah dari hostel ke hotel. Kami bergegas ke central station dan melesat ke volendam.

Oh ya, di Amsterdam enaknya, stasiun bus dan stasiun kereta terpusat di satu tempat, ya di Central station itu. Jadi kita tidak perlu repot kesana sini untuk mencari dimana stasiun kereta, dimana terminal bus. Central station pun berada di jantung kota Amsterdam.

Volendam ditempuh lebih kurang 1 (satu) jam dari Amsterdam central. Kami menggunakan bus kesana. Busnya bersih banget. Dan yang lebih seru lagi, ada wifi nya juga. Biasa lah orang Indonesia (eh saya aja kali), kalau tahu ada wifi pasti girang. Hari gini cyiiiin, update status itu penting pake bingit. Hehe.

Tiba di volendam, mata dimanjakan oleh deretan rumah-rumah mungil khas Eropa yang berjejer rapih di sepanjang jalan. Bunga-bunga cantik di letakkan di jendela. Indah sekali.

volendam10
deretan rumah mungil cantik dengan bunga-bunga di letakkan di tiap jendela.

 Volendam1.jpg

Rasa Lapar menuntun kami ke sebuah café yang kursi-kursinya ditata sedemikian rupa persis di pinggir laut. Pengunjungnya lumayan ramai. Pengunjung dengan kulit berwarna hanya kami saja, selebihnya buleleng semua.

Selain memang ingin mengisi perut, ada ‘misi’ lain yang tiba-tiba melintas di benak kami. Kami ingin merasakan bagaimana dilayani oleh si noni Belanda.

Indonesia sudah merdeka bung. Saatnya ‘inlander’ memerintah si ‘kompeni’.

“saya mau yang enak…!”

kata saya pada si noni saat dia menghampiri meja kami. Untung saya gak pake gebrak meja. Hahaha.

Sang waitress begitu sigap melayani. Kami menyebut nama menunya, dia hanya memencet-mencet tombol gadgetnya, yang langsung ter-conect di dapur. Hebat banget, pikir saya saat itu. Maklum ndeso, baru liat model pelayanan macam itu.

Volendam5.jpg
when ‘inlander’ served by ‘kompeni’ *LOL

Kami memesan dua porsi makanan Belanda (istilah mertua kalau melihat makanan non nasi 😀 ), lupa namanya apa. Kenapa cuma dua porsi padahal kami kan bertiga? Soalnya, Porsinya besar banget. dua porsi bertiga sudah lebih dari cukup.

Volendam4jpg.jpg
dua porsi makanan Belanda

Setelah kenyang dan puas ‘ngerjain’ si noni. kami berjalan menyusuri deretan toko souvenir dan studio foto. sejurus kemudian kami ‘terjebak’ agak lama di sebuah studio foto. Kami pengen gegayaan buat foto keluarga dengan menggunakan kostum khas Belanda.

Rupanya Orang Indonesia sangat menyukai foto session ini. Terbukti banyaknya foto-foto selebritas kita yang dipajang disana. Mulai dari artis papan atas, papan penggilesan, sampai mantan presiden kita ada. Luar biasa!

Kami menghabiskan waktu sampai sore menjelang di Volendam. Menyusuri jalanan beraspal di pinggir lautnya. Sambil menikmati matahari yang pulang. *lebay.

MENCARI JEJAK KEJU DI EDAM

Pagi-pagi kami segera menuju central station. Tujuan kami hari itu adalah Edam.

Edam dikenal sebagai kota penghasil keju terenak dan termashur di negri Belanda.

Anak saya, Bunga, yang memang doyan sekali makan keju penasaran ingin merasakan langsung di kota pembuatannya.

Setibanya di Edam, lagi-lagi mata saya dimanjakan dengan deretan rumah-rumah mungil nan cantik di pinggir kanal, yang di halamannya ditanami aneka macam bunga warna warni. Saya seperti sedang membuka buku dongeng dan menikmati gambarnya.

Edam1

edam8

Sesekali oma dan opa keluar rumah dan menyirami tanamannya. Satu – dua motor boat melintas di kanalnya yang bersih. Kami menghabiskan waktu agak lama untuk menikmati suasana disitu. Sejenak kami lupa, bahwa kami ke Edam untuk melihat pabrik keju bukan mau lihat rumah. Hihi.

Akhirnya kami beranjak dari sana dan menyusuri ‘kampung’ itu dengan berjalan kaki. Ya iyalah, mau naik apa coba? Disitu tidak ada angkot apalagi go**k (teeet, iklan).

Sepanjang jalan, jarang sekali kami berpapasan dengan warga. Kampung disitu seperti mati. Lengang dan sepi. Seperti Tidak ada ‘kehidupan’ sama sekali. Pada kemana penghuninya? Pun kami tidak mendengar suara teriakkan percakapan antar tetangga, atau anak – anak kecil yang bermain layangan seperti kebanyakkan di kampung – kampung di Indonesia tercinta. Kami hanya melihat sebuah mobil melintas dengan cameraman yang sedang sibuk mengambil gambar. Entah untuk keperluan apa.

edam7

Kami celingak celinguk mencari pabrik keju yang dimaksud. Berjalan mengitari kampung tapi tidak menemukan si pabrik. Akhirnya kami putuskan untuk mampir di sebuah toko yang menjual aneka coklat berbentuk lucu nan imut. Aneka permen dan keju tentu saja. Aahh, sebenarnya kalau sekedar ingin membeli keju tentu lah sangat mudah di temui dimana-mana di Belanda, tapi karena kami ingin melihat pabriknya makanya kami ke Edam.

 edam9

Tapi buat saya, tidak ada perjalanan yang sia-sia. Tidak perlu juga menyesal karena tidak berhasil melihat pabrik keju dan menyaksikan proses pembuatannya. Saya sudah sangat terhibur dengan damainya kota kecil itu.

Fall in love at the first sight.

Yup. Mungkin ungkapan itulah yang saya rasakan begitu menginjakkan kaki di negeri Belanda. Malah bisa di katakanan sebelum benar-benar menginjakkan kaki di kotanya, saya sudah fall in love. Di atas bus, saya sudah begitu menikmati pemandangan yang disajikan alam disana. Petani – petani yang sibuk mengepak hasil ladangnya sehingga berbentuk bulat – bulat besar. Sapi – sapi hitam dengan totol – totol putih menjadi pemandangan mengasyikkan selama perjalanan.

sapi.jpg

Sebenarnya dua Negara sebelumnya yang kami singgahi, dan beberapa Negara setelahnya juga sangat indah dan menarik. Namun bagi saya pribadi, Belanda menyajikan suasana yang ‘beda’.

Amsterdam dengan hiruk pikuk khas kota. Lalu lalang orang bersepeda mengingatkan saya pada kota jogja.

Kanal – kanalnya begitu bersih dan indah. Rumah-rumah khasnya berderet rapih dengan gradasi warna seperti lukisan. Tidak ada warna yang tiba-tiba menyolok mata seperti ingin menonjol sendiri. Sangat harmoni.

 street-AMsterdam

Volendam dengan deretan rumah-rumah mungil di pinggir laut dan café-café cantik dan juga toko-toko souvenir di sepanjang pantai, seperti rumah-rumahan mainan masa kecil yang disulap jadi nyata. Selintas saya seperti sedang berada di dunia fantasi.

Edam kota kecil yang cantik, damai, dan sepi. Sama dengan Amsterdam dan Volendam, tertata rapih jali.

Sepanjang penglihatan saya, Belanda sangat rapih dan terencana. Tata kotanya luar biasa. Sulit untuk di ungkapkan dengan kata- kata.

Suami saya sampai berkelakar. “nanti kalau saya pensiun, saya ingin menetap di sini”, katanya menunjuk kota Edam.

Edam3

Edam2

Belanda sudah jauh.

Suatu saat saya ingin kembali kesana. Salah satu Negara yang membuat saya fall in love at the first sight.

Dank je…

Amsterdam6.jpg

MY SOULMATE IS MY TRAVELMATE

x8

Travelmate itu apa sih? Aahh, teman-teman traveler pasti sudah pada ngerti lah yaa apa itu travelmate. Hehehe..

 

Mendapatkan travelmate itu gampang-gampang susah. Mencari yang ‘seirama, sejiwa’ itu bukan perkara mudah, harus diperjuangkan, halaaahhh kayak mau cari pasangan hidup ajaahh.. eehh, tapi bener loh, travelmate itu sama halnya dengan “pasangan hidup” harus bisa mengerti, memahami, mengalah, dan me me yang lain deh.. bayangin kalau kita melakukan sebuah perjalanan yang berhari-hari bahkan berminggu-minggu kemudian travelmate kita menyebalkan pasti bête banget doong, iyaa gakk??

Iyalah. Karena mencocokkan hobi, minat, dll tidak mudah jenderaaall.. hadeeehh..

 

My Husband is my travelmate.

Oke, kita tidak perlu berdebat panjang dengan istilah, arti, atau pun urusan saling memahami dengan pasangan hidup, eh dengan travelmate.

Herewith I introduce my real travelmate ever. Yup, he is my dear husband (hadeeh ko mendadak ngenggres geneh yaahh :D).

Kami mulai menjalani traveling kami as a couple yaitu di penghujung bulan Desember tahun 1996, atau 2 (dua) bulan setelah kami menikah. Jogja adalah kota pilihan kami untuk menjalani ‘bulan madu’ kami yang tertunda. Bukan Bali apalagi Singapura seperti kebanyakkan teman-teman kami saat honeymoon. Jogja seperti memiliki ‘aroma’ petualangan yang seru. Kami malah sempat kepikiran untuk menumpang kereta sayur sebagai moda transportasi bulan madu kami saat itu. Hihihi anti mainstream banget yaahh..

DSCF3579.JPG

Ulang tahun perkawinan pertama kami dirayakan di Bali (aah ke Bali juga akhirnya, hehehe).

Setelah Jogja, Bali, kemudian diikuti dengan traveling ke daerah-daerah lain di Indonesia dan juga keluar negeri kami jabanin.

Tidak sulit ‘menyatukan’ minat kami dalam hal menjalani traveling. Demikian juga dengan hal-hal detail dan remeh – temeh lain semisal dandan atau packing-packing yang super lelet sudah biasa buat travelmate saya, atau kadang kalau mau berlama-lama di satu tempat akan lebih gampang diatur.

Travelmate saya ini sekaligus seksi repot saya, hahaha. Mulai dari booking ticket, hotel, sampai urusan ‘angkat berat’ berupa bawaan saya yang segudang itu menjadi urusannya. Do’i penyabar banget nget (papse jangan GR yee..). gak salah deh pokoknya saya memilih ‘travelmate’ macam tuh, hehehe. Thanks so much yaa papse. Love you puuuuull laahh 😀 😀

Europe Trip #11 060.jpg

 

My Daughter Also My Travelmate

Jonas1

Anak saya, Bunga sudah mulai kami ajak melancong kiri kanan sejak dia masih bayi. Di umurnya yang baru 7 (tujuh) bulan sudah harus ikut kami pindah dari Jakarta ke Jambi. Dan kota itu menjadi perjalanannya pertamanya yang lumayan jauh.

Karena alasan pekerjaan suami yang harus kesana kemari membuat Bunga ‘terpaksa’ ikut. Pun pindah dari satu kota ke kota yang lain sudah lumrah dia jalani. Kadang dulu waktu dia masih kecil seringkali dia menanyakan “kapan kita pindah kota lagi?

Perjalanan panjang kami ketika kami traveling ke Eropa tidak membuat dia berkeluh kesah. Transit berjam – jam di suatu Negara untuk melanjutkan perjalanan kami berikutnya tidak masalah baginya. Dia sabar sekali. Tidak pernah ada keluh kesah kalau sedang traveling. Tidak pernah menunjukkan sikap manja karena dia anak tunggal dan umur yang masih terbilang belia.

Dia bahkan ikut menenteng barang bawaan juga, walaupun yang paling berat tetap urusan papanya. Hihi.

Jonas12 campuran 455.jpg

Europe Trip #1 007.jpg

 

saint-Michel.jpg

gw4

 

 

Segitiga Sama Cinta

Jalan ramai-ramai dengan teman, kerabat, atau ikut tour travel bukan tidak pernah kami jalani, namun akhir – akhir ini setelah kami mengenal apa itu backpacking, kami lebih sering jalan bertiga terutama untuk perjalanan jauh semisal ke luar negeri.

Mereka berdua adalah the real travelmate saya. Kemana-mana asal kan senang, dan tiada yang melarang deh pokoknya, hehe.

Rasanya aneh saja kalau ada salah satu dari kami tidak ikut serta. Seumpama bantal tanpa sarungnya (waduuuhh istilah apa nih..?). Kami adalah three musketeers, ‘one for all, all for one’ deh. Kami adalah one package, called #segitigaSamaCinta ….

rome9

SSC1.jpg

3-bayangan-narsis.jpg

PS ; foto2 lamanya menyusul yaa, karena saya harus buka-buka file dulu.

Norak-norak Bergembira di Singapore dan Malaysia

DSCF6754 copy
Di meja kerjaku, duluu…
DSCF6756
Salah satu teman kantor berulang tahun

hhhmmm… ahhhh akhirnya saya dihadapkan dengan laptop dan mulai menulis…

sebelum memulai bercerita mengenai pengalaman saya ke Singapore dan Malaysia, yang nota bene adalah pengalaman pertama saya melancong ke Luar negeri, saya ingin ‘curhat’ dulu sedikit (dasar mak mak, belum belum udah curhat aja 😀 😀 😀 )

Saya sebenarnya tidak bisa menulis,  gak ngerti harus memulai tulisan dari mana. Pokoknya seperti yang saya katakan pada saat sesi perkenalan diri di kelas “Belajar Menulis Blog” di Coffeegrapher beberapa waktu lalu, “saya gak tau mau ngapain?” boro-boro nulis blog, nulis caption di foto yang akan saya posting di FB saja rasanya sangat sulit. hehehe.

Untuk urusan tulis menulis ini, saya jadi ingat waktu jaman masih SD dulu. Jadi ceritanya, kalau pas pelajaran Bahasa Indonesia sekali – sekali kami ditugaskan untuk membuat karangan bebas dengan judul dan tema yang sudah ditentukan oleh guru.  Banyaknya tulisan sih gak panjang-panjang amat, hanya setengah halaman saja. Namun kalau kita tidak bisa mau setengah halaman, atau sebaris sekalipun akan sulit untuk dikerjakan. Saya gak kehabisan akal,  saya menulis karangan itu dengan huruf yang sengaja dibuat besar – besar supaya lembaran kerja saya bisa penuh setengah halaman.  hahaha.. gampang kan? aaahhh seharusnya “menulis itu memang gampang”

Namun ada ‘kegelisahan’ (ciiee gelisah 😀 ) yang luar biasa yang gak bisa dibendung lagi. kegelisahan ingin berbagi dan bercerita.

Jadi, saya dan keluarga kecil saya yang bahagia (insha Allah), suka sekali traveling, baik itu dalam negeri maupun keluar negeri. Saya ingin sekali membagi (gak mau disebut pamer ) pengalaman traveling kami pada orang lain. Syukur – syukur kalau tulisan saya bisa bermanfaat bagi pembaca tulisan saya kelak. Dan lebih dari itu , saya ingin pengalaman tersebut dapat dibaca lagi setelah sekian tahun kemudian, bisa menjadi semacam “mesin pengingat” begitu kira – kira.

Sebenarnya suami saya sudah lebih dulu membuat blog dan menulis cerita  perjalanan kami, tapi saya yakin, masing-masing orang akan mempunyai angle yang berbeda dalam hal meng-capture cerita, sekalipun  kita melakukan sebuah perjalanan itu pada waktu dan tempat yang sama.  begitu kan pemirsa..? (serius amat sih bacanya 😀 )

Kejadiannya sudah puluhan tahun lewat, tepatnya di sekitar bulan April tahun 1994 (so lama betul yak). Adalah perusahaan tempat saya bekerja di Jakarta dulu yang berbaik hati memboyong kami sekantor untuk jalan- jalan ke luar negeri. Tidak tanggung – tanggung, dalam sekali jalan dua negara terlampaui, yaitu Singapore dan Malaysia. Dengan segala macam biaya keseluruhan ditanggung oleh perusahaan (asyiik bukan??  😉

Pada Jaman itu walaupun nilai tukar rupiah terhadap dollar tidak segila sekarang, namun segalanya terasa mahal. Jangankan untuk berpikiran melanglang buana semisal ke Jepang apalagi Eropa, ke Singapore saja sudah “WOW…berjuta rasanya”…

Berawal dari obrolan iseng selepas jam makan siang, saya dan beberapa teman yang sudah senior ‘mengusulkan’ untuk pergi jalan-jalan ke Singapore, seperti yang pernah dilakukan perusahaan beberapa tahun sebelumnya. “kan perusahaan lagi untung besar, pak..” begitu lebih kurang pinta kami saat itu.

Oh ya, perusahaan tempat saya bekerja itu bergerak di bidang ekspor impor, International Trading (consumer goods, pApper, urea fertilizer, cement, dll. Pokoknya PALUGADA lah, alias “apa lo mau gue ada” 😀 ), Shipping, sekaligus International Forwarding, dengan branch office di beberapa negara seperti : Singapore, Hong Kong, Vietnam, Philipina, China, Cambodia, bahkan di negara Eropa seperti Ukraine dan Poland, . Saya saat itu kebagian sebagai Sekretaris Direktur Utama yang juga merupakan Owner dari perusahaan tersebut dan berkantor di Jakarta. (Aaahhh itu duluuuu, sekarang saya apa atuh…)

Kemudian dari ngobrol-ngobrol itu disepakatilah waktu keberangkatannya. Durasi waktunya lima harian, dengan kunjungan ke dua Negara seperti yang saya sebut di atas.

Tapi kesenangan itu terhenti sejenak, karena yang boleh ikut berangkat adalah mereka – mereka yang sudah bekerja di perusahaan minimal 1 (satu) tahun. Lah, saya kan belom setahun kayaknya.. huhuhu. Tapi karena kebijakan dari perusahaan maka saya diperbolehkan ikut serta. Asyiiiikk.. thanks a lot boss, Pak Eko Nilam, Bu Windy Nilam, saya tidak akan pernah bisa lupa kebaikan itu.

Saya yang belom pernah sama sekali ke luar negeri, tentu saja belum memiliki paspor. “wah ini persoalan baru nih…” batin saya saat itu. Urusan bikin paspor itu amatlah ribet di jaman itu, persyaratan yang segambreng – gambreng plus biaya yang tidak sedikit. Dibutuhkan biaya lebih kurang 500 ribu rupiah untuk proses pembuatan paspor. “wah bakal menipis dong gaji sebulan hanya untuk urusan ini” kembali batin berbisik.  Namun sekali lagi kebaikan perusahaan yang membiayai pembuatan paspornya.. Alhamdulillah, semoga rezeki berlimpah untuk mantan Boss saya, aamiin..

Akhirnya hari H pun tiba. keberangkatan yang bertepatan dengan bulan puasa dimana beberapa hari lagi akan idul fitri. Tapi gak masalah, kan kita bisa melakukan ibadah dimana saja toh..

Karena waktu keberangkatannya pagi-pagi sekitar pukul 06.30, jadi saya putuskan untuk bermalam di rumah seorang kawan, hanya untuk memudahkan dan lebih – lebih biar tidak “kebingungan” nanti di airport, hehe. Ini adalah perjalanan pertama saya keluar negeri, sekaligus perjalanan “pertama” saya menggunakan pesawat terbang dengan durasi terbang lebih lama. (dulu waktu kecil naik pesawat dari Bima sampai Bali doang)..

Singapore = Belanja….

Setiba di Singapore, luar biasa bahagianya. Andaikan jaman itu sudah ada handphone ber-camera dan sudah pula ada sosmed seperti sekarang, mungkin di wall saya akan berhamburan foto2 “norak” saya selama disana, dan update-an status “lagi ada disana, lagi ada disini”, tentu saja 😀

Seingat saya, selama di Singapore tidak ada tempat wisata yang kami datangi, kami hanya makan-makan, shopping, makan-makan lagi, shopping lagi… hahaha horang kayaaahh…

DSCF6691
Pasukan siap menyerbu Mall… Shopping kiteee,, hehehe
DSCF6692 copy
Namanya juga norak2 bergembira, dimanapun pasti foto2..hahaha.. ( somewhere in Singapore )
DSCF6693
nge-Pub kite di Where Else, Singapore. ki – ka atas : Vicky, Emmy, Victor, my Boss Eko Nilam ki – ka bawah : Lydia, Sulis (almarhumah), Rina, me, bu Luci

Kesempatan pergi ke Singapore membuat kami seperti “kalap” pengen beli semuanya, segala yang di display di mall kelihatan “lucu” di mata kami, ditambah lagi adanya titipan belanjaan dari kerabat di Jakarta yang membuat saya seperti seorang pramuka yang sibuk mencari jejak untuk mendapatkan barang yang dimaksud penitip. Tapi itu pun kerjaan yang sangat saya nikmati.

Berburu barang branded yang sudah di diskon adalah keasyikkan sendiri. Sebut saja kaos atau jins Giordano, jam tangan Charles Jourdan (CJ), gesper CJ, la Dona, baju dan sepatu merk Annanas atau Wimo, lipstick Yves Saint Laurent (YSL), Christian Dior (CD), Estee Lauder, Mark n Spencer, asessoris  Monet dan Comel (brand Singapore), sampai tas high brand macam Aigner tak luput dari perburuan. Karena sekali lagi mumpung lagi di Singapore, kalau di Jakarta belum tentu barang yang sama sudah ada, atau kalaupun ada harganya sudah selangit biru.. *lebay

DSCF6771
Tas Aigner dan Jam tangan Charles Jourdan hasil buruan di Singapore yang masih “utuh” sampai saat ini.. Dan kini barang-brang ini dipakai oleh Bunga, anak saya.

Semalam menginap di Singapore, ke-esokan harinya kami pindah Negara (cieee). Dengan menumpangi bus pariwisata besar kami dari rombongan Jakarta office bergabung dengan karyawan branch office Singapore. Sama – sama menuju Malaysia. Sebelum tiba di Kuala Lumpur kami mampir di sebuah temple yang berada diatas bukit (lupa namanya apa).

DSCF6699
Temple di atas bukit (lupa namanya)

Setibanya di Kuala Lumpur, seperti yang sudah sudah, kami hanya makan – makan, dan lagi-lgi diantar ke shopping Mall.

Kami hanya menginap semalam di KL, kemudian besoknya rombongan melanjutkan perjalanan ke Genting Highland.

Genting Highland ini bercuaca lumayan dingin, lebih kurang seperti puncak kalau di Jakarta. Disana tempat orang – orang “beradu” nasib dengan berjudi. Tidak sedikit orang tajirnya Indonesia mempertaruhkan rupiah mereka disana. Tak ketinggalan Saya dan teman – teman pun ikutan masuk kedalam tapi tidak untuk berjudi tentu saja, kami sekedar mau tahu seperti apa sih suasana didalam, Astagfirullah, ampuni saya ya Allah..

DSCF6700
Dinner @Genting Highland Resort Restaurant
DSCF6695
Break fast di hotel Genting Highland Resort….

Teriakan “BINGGO’ dari meja yang “beruntung’ malam itu bersahut – sahutan, bergantian dari satu sudut ke sudut yang lain.

Oh ya, untuk masuk ke “wilayah” itu haruslah mereka yang sudah cukup umur, minimal 17 tahun. Mereka tidak main – main dengan aturan itu, setiap tamu yang masuk harus menunjukkan paspor dan ID masing-masing, kalau ditemukan usia dibawah ketentuan maka petugas tidak akan segan-segan untuk mencegahnya. Disamping itu pakaian yang dikenakan haruslah rapih dan sopan, tidak diperbolehkan pengunjung memakai kaos oblong apalagi celana pendek.

Setelah puas ‘lihat-lihat’ kamipun kembali ke kamar untuk istirahat.

 

Takbir berkumandang di Genting Highland Resort

Untuk pertama kalinya saya yang kala itu masih lajang merasakan hari raya idul fitri jauh dari keluarga. Tentu saja campur aduk rasanya, sulit saya gambarkan seperti apa.Ucapan dari teman-teman kantor lumayan membuat hati semakin tak menentu. Apa mau di kata lebaran ini saya rayakan di sini, diantara sahabat kantor, di Genting Highland Resort….

 

Back to Singapore

Setelah puas foto-foto di segala sudut dan segala arah, kami pun meninggalkan Genting Highland untuk kembali ke Singapore. Di perjalanan kami sempatkan mampir di Batu Caves yang merupakan kuil bagi umat Hindu. Disini kita bisa melihat patung Dewi Murugan berwarna emas setinggi 42 meter. Terdapat 272 anak tangga untuk mencapai kuil dalam gua kapur tersebut.

Saya sih gak kuat untuk menaiki anak tangga sebanyak itu, saya hanya sanggup menapaki beberapa anak tangga saja kemudian berfoto-foto lagi dan lagi.. hahaha..

DSCF6696
di Batu Caves, Malaysia . ki – ka : Sulis (almarhumah), Mariyani, Ebonk, Rina, Evelyn, Lydia, me, Nana, (lupa namanya siapa, sorry).
DSCF6702 copy
hanya sanggup berfoto di tangganya saja..

 

Dan melanjutkan perjalanan…

Rombongan Jakarta kembali ke Jakarta ke esokan harinya. Sementara saya dan dua orang teman (Mariyani dan Nana) extend 2 malam. “nanggung” kata kami saat itu. Karena kebetulan trip bersama rombongan berakhir di weekend akhirnya kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan ini bertiga. Kami “menumpng” nginap di rumah kerabatnya Mariyani,

DSCF6749
Di rumah ini kami numpang nginap…

Hari – hari terakhir kami di Singapore diisi dengan jalan-jalan ke Sentosa Island, dengan menggunakan taxi (gaya yaahh..) kami menyambangi salah satu tempat wajib kunjung kalau kita ke Singapore tersebut. Masuk kedalam akuarium raksasa yang bernama underwater world yang nge-hits (dimasanya) itu adalah sebuah kewajiban.

DSCF6750 copy
di Under water world.. Sayang camera jadul gak sanggup merekam ikan-ikan yang menari manja di kolam raksasa itu.

Setelah dari Sentosa kami mampir lagi di Orchard Road, ngapain lagi kalau bukan untuk shopping lagi menghabiskan dollar Singapore kami yang tersisa.

Malamnya diakhiri dengan dinner bersama di Bugis Street, kali ini Ka Lisa yang merupakan salah satu dari keluarga pemilik perusahaan berbaik hati mentraktir kami. Mungkin beliau tau kalau keuangan kami sudah menipis.. hahaha. (makasih alm. Ka’ Lisa, semoga damai di alam sana)

 

JAKARTA AKU KAN KEMBALI….

DSCF6752
di Changi airport, siap kembali ke Jakarta.

 

Tidak ada pesta yang tidak berakhir…

It’s time to go home..

sekali lagi kami menggunakan taxi sebagai transport untuk ke airport. Bukan sombong dan congkak sih, apalagi kebanyakkan duit, tapi lebih dari ketidaktahuan kami bagaimana caranya menggunakan MRT.. hahaha norak kan..?

Maskapai kebanggan Indonesia tercinta Garuda Indonesia membawa kami  kembali ke Jakarta, ke kota “seribu satu malam”, dimana banyak orang – orang dari segala pelosok “beradu nyali” untuk sebuah pembuktian diri…

 

….. See you in the other story….

Stay tune @emangbisanulis?

 

 

 

 

 

 

Continue reading Norak-norak Bergembira di Singapore dan Malaysia