hhhmmm… ahhhh akhirnya saya dihadapkan dengan laptop dan mulai menulis…
sebelum memulai bercerita mengenai pengalaman saya ke Singapore dan Malaysia, yang nota bene adalah pengalaman pertama saya melancong ke Luar negeri, saya ingin ‘curhat’ dulu sedikit (dasar mak mak, belum belum udah curhat aja š š š )
Saya sebenarnya tidak bisa menulis,Ā gak ngerti harus memulai tulisan dari mana. Pokoknya seperti yang saya katakan pada saat sesi perkenalan diri di kelas “Belajar Menulis Blog” di Coffeegrapher beberapa waktu lalu, “saya gak tau mau ngapain?” boro-boro nulis blog, nulis caption di foto yang akan saya posting di FB saja rasanya sangat sulit. hehehe.
Untuk urusan tulis menulis ini, saya jadi ingat waktu jaman masih SD dulu. Jadi ceritanya, kalau pas pelajaran Bahasa Indonesia sekali – sekali kami ditugaskan untuk membuat karangan bebas dengan judul dan tema yang sudah ditentukan oleh guru.Ā Banyaknya tulisan sih gak panjang-panjang amat, hanya setengah halaman saja. Namun kalau kita tidak bisa mau setengah halaman, atau sebaris sekalipun akan sulit untuk dikerjakan. Saya gak kehabisan akal,Ā saya menulis karangan itu dengan huruf yang sengaja dibuat besar – besar supaya lembaran kerja saya bisa penuh setengah halaman.Ā hahaha.. gampang kan? aaahhh seharusnya “menulis itu memang gampang”
Namun ada ‘kegelisahan’ (ciiee gelisah š ) yang luar biasa yang gak bisa dibendung lagi. kegelisahan ingin berbagi dan bercerita.
Jadi, saya dan keluarga kecil saya yang bahagia (insha Allah), suka sekali traveling, baik itu dalam negeri maupun keluar negeri. Saya ingin sekali membagi (gak mau disebut pamer ) pengalaman traveling kami pada orang lain. Syukur – syukur kalau tulisan saya bisa bermanfaat bagi pembaca tulisan saya kelak. Dan lebih dari itu , saya ingin pengalaman tersebut dapat dibaca lagi setelah sekian tahun kemudian, bisa menjadi semacam “mesin pengingat” begitu kira – kira.
Sebenarnya suami saya sudah lebih dulu membuat blog dan menulis ceritaĀ perjalanan kami, tapi saya yakin, masing-masing orang akan mempunyai angle yang berbeda dalam hal meng-capture cerita, sekalipunĀ kita melakukan sebuah perjalanan itu pada waktu dan tempat yang sama.Ā begitu kan pemirsa..? (serius amat sih bacanya š )
Kejadiannya sudah puluhan tahun lewat, tepatnya di sekitar bulan April tahun 1994 (so lama betul yak). Adalah perusahaan tempat saya bekerja di Jakarta dulu yang berbaik hati memboyong kami sekantor untuk jalan- jalan ke luar negeri. Tidak tanggung – tanggung, dalam sekali jalan dua negara terlampaui, yaitu Singapore dan Malaysia. Dengan segala macam biaya keseluruhan ditanggung oleh perusahaan (asyiik bukan??Ā š
Pada Jaman itu walaupun nilai tukar rupiah terhadap dollar tidak segila sekarang, namun segalanya terasa mahal. Jangankan untuk berpikiran melanglang buana semisal ke Jepang apalagi Eropa, ke Singapore saja sudah āWOW…berjuta rasanyaāā¦
Berawal dari obrolan iseng selepas jam makan siang, saya dan beberapa teman yang sudah senior ‘mengusulkan’ untuk pergi jalan-jalan ke Singapore, seperti yang pernah dilakukan perusahaan beberapa tahun sebelumnya. “kan perusahaan lagi untung besar, pak..” begitu lebih kurang pinta kami saat itu.
Oh ya, perusahaan tempat saya bekerja itu bergerak di bidang ekspor impor, International Trading (consumer goods, pApper, urea fertilizer, cement, dll. Pokoknya PALUGADA lah, alias āapa lo mau gue adaā š ), Shipping, sekaligus International Forwarding, dengan branch office di beberapa negara seperti : Singapore, Hong Kong, Vietnam, Philipina, China, Cambodia, bahkan di negara Eropa seperti Ukraine dan Poland, . Saya saat itu kebagian sebagai Sekretaris Direktur Utama yang juga merupakan Owner dari perusahaan tersebut dan berkantor di Jakarta. (Aaahhh itu duluuuu, sekarang saya apa atuh…)
Kemudian dari ngobrol-ngobrol itu disepakatilah waktu keberangkatannya. Durasi waktunya lima harian, dengan kunjungan ke dua Negara seperti yang saya sebut di atas.
Tapi kesenangan itu terhenti sejenak, karena yang boleh ikut berangkat adalah mereka – mereka yang sudah bekerja di perusahaan minimal 1 (satu) tahun. Lah, saya kan belom setahun kayaknya.. huhuhu. Tapi karena kebijakan dari perusahaan maka saya diperbolehkan ikut serta. Asyiiiikk.. thanks a lot boss, Pak Eko Nilam, Bu Windy Nilam, saya tidak akan pernah bisa lupa kebaikan itu.
Saya yang belom pernah sama sekali ke luar negeri, tentu saja belum memiliki paspor. “wah ini persoalan baru nih…” batin saya saat itu. Urusan bikin paspor itu amatlah ribet di jaman itu, persyaratan yang segambreng – gambreng plus biaya yang tidak sedikit. Dibutuhkan biaya lebih kurang 500 ribu rupiah untuk proses pembuatan paspor. “wah bakal menipis dong gaji sebulan hanya untuk urusan ini” kembali batin berbisik.Ā Namun sekali lagi kebaikan perusahaan yang membiayai pembuatan paspornya.. Alhamdulillah, semoga rezeki berlimpah untuk mantan Boss saya, aamiin..
Akhirnya hari H pun tiba. keberangkatan yang bertepatan dengan bulan puasa dimana beberapa hari lagi akan idul fitri. Tapi gak masalah, kan kita bisa melakukan ibadah dimana saja toh..
Karena waktu keberangkatannya pagi-pagi sekitar pukul 06.30, jadi saya putuskan untuk bermalam di rumah seorang kawan, hanya untuk memudahkan dan lebih – lebih biar tidak “kebingungan” nanti di airport, hehe. Ini adalah perjalanan pertama saya keluar negeri, sekaligus perjalanan āpertamaā saya menggunakan pesawat terbang dengan durasi terbang lebih lama. (dulu waktu kecil naik pesawat dari Bima sampai Bali doang)..
Singapore = Belanjaā¦.
Setiba di Singapore, luar biasa bahagianya. Andaikan jaman itu sudah ada handphone ber-camera dan sudah pula ada sosmed seperti sekarang, mungkin di wall saya akan berhamburan foto2 ānorakā saya selama disana, dan update-an status ālagi ada disana, lagi ada disiniā, tentu saja š
Seingat saya, selama di Singapore tidak ada tempat wisata yang kami datangi, kami hanya makan-makan, shopping, makan-makan lagi, shopping lagi… hahaha horang kayaaahhā¦
Kesempatan pergi ke Singapore membuat kami seperti ākalapā pengen beli semuanya, segala yang di display di mall kelihatan ālucuā di mata kami, ditambah lagi adanya titipan belanjaan dari kerabat di Jakarta yang membuat saya seperti seorang pramuka yang sibuk mencari jejak untuk mendapatkan barang yang dimaksud penitip. Tapi itu pun kerjaan yang sangat saya nikmati.
Berburu barang branded yang sudah di diskon adalah keasyikkan sendiri. Sebut saja kaos atau jins Giordano, jam tangan Charles Jourdan (CJ), gesper CJ, la Dona, baju dan sepatu merk Annanas atau Wimo, lipstick Yves Saint Laurent (YSL), Christian Dior (CD), Estee Lauder, Mark n Spencer, asessorisĀ Monet dan Comel (brand Singapore), sampai tas high brand macam Aigner tak luput dari perburuan. Karena sekali lagi mumpung lagi di Singapore, kalau di Jakarta belum tentu barang yang sama sudah ada, atau kalaupun ada harganya sudah selangit biru.. *lebay
Semalam menginap di Singapore, ke-esokan harinya kami pindah Negara (cieee). Dengan menumpangi bus pariwisata besar kami dari rombongan Jakarta office bergabung dengan karyawan branch office Singapore. Sama ā sama menuju Malaysia. Sebelum tiba di Kuala Lumpur kami mampir di sebuah temple yang berada diatas bukit (lupa namanya apa).
Setibanya di Kuala Lumpur, seperti yang sudah sudah, kami hanya makan ā makan, dan lagi-lgi diantar ke shopping Mall.
Kami hanya menginap semalam di KL, kemudian besoknya rombongan melanjutkan perjalanan ke Genting Highland.
Genting Highland ini bercuaca lumayan dingin, lebih kurang seperti puncak kalau di Jakarta. Disana tempat orang ā orang āberaduā nasib dengan berjudi. Tidak sedikit orang tajirnya Indonesia mempertaruhkan rupiah mereka disana. Tak ketinggalan Saya dan teman ā teman pun ikutan masuk kedalam tapi tidak untuk berjudi tentu saja, kami sekedar mau tahu seperti apa sih suasana didalam, Astagfirullah, ampuni saya ya Allah..
Teriakan āBINGGOā dari meja yang āberuntungā malam itu bersahut ā sahutan, bergantian dari satu sudut ke sudut yang lain.
Oh ya, untuk masuk ke āwilayahā itu haruslah mereka yang sudah cukup umur, minimal 17 tahun. Mereka tidak main ā main dengan aturan itu, setiap tamu yang masuk harus menunjukkan paspor dan ID masing-masing, kalau ditemukan usia dibawah ketentuan maka petugas tidak akan segan-segan untuk mencegahnya. Disamping itu pakaian yang dikenakan haruslah rapih dan sopan, tidak diperbolehkan pengunjung memakai kaos oblong apalagi celana pendek.
Setelah puas ālihat-lihatā kamipun kembali ke kamar untuk istirahat.
Takbir berkumandang di Genting Highland Resort
Untuk pertama kalinya saya yang kala itu masih lajang merasakan hari raya idul fitri jauh dari keluarga. Tentu saja campur aduk rasanya, sulit saya gambarkan seperti apa.Ucapan dari teman-teman kantor lumayan membuat hati semakin tak menentu. Apa mau di kata lebaran ini saya rayakan di sini, diantara sahabat kantor, di Genting Highland Resortā¦.
Back to Singapore
Setelah puas foto-foto di segala sudut dan segala arah, kami pun meninggalkan Genting Highland untuk kembali ke Singapore. Di perjalanan kami sempatkan mampir di Batu Caves yang merupakan kuil bagi umat Hindu. Disini kita bisa melihat patung Dewi Murugan berwarna emas setinggi 42 meter. Terdapat 272 anak tangga untuk mencapai kuil dalam gua kapur tersebut.
Saya sih gak kuat untuk menaiki anak tangga sebanyak itu, saya hanya sanggup menapaki beberapa anak tangga saja kemudian berfoto-foto lagi dan lagi.. hahaha..
Dan melanjutkan perjalananā¦
Rombongan Jakarta kembali ke Jakarta ke esokan harinya. Sementara saya dan dua orang teman (Mariyani dan Nana) extend 2 malam. ānanggungā kata kami saat itu. Karena kebetulan trip bersama rombongan berakhir di weekend akhirnya kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan ini bertiga. Kami āmenumpngā nginap di rumah kerabatnya Mariyani,
Hari ā hari terakhir kami di Singapore diisi dengan jalan-jalan ke Sentosa Island, dengan menggunakan taxi (gaya yaahh..) kami menyambangi salah satu tempat wajib kunjung kalau kita ke Singapore tersebut. Masuk kedalam akuarium raksasa yang bernama underwater world yang nge-hits (dimasanya) itu adalah sebuah kewajiban.
Setelah dari Sentosa kami mampir lagi di Orchard Road, ngapain lagi kalau bukan untuk shopping lagi menghabiskan dollar Singapore kami yang tersisa.
Malamnya diakhiri dengan dinner bersama di Bugis Street, kali ini Ka Lisa yang merupakan salah satu dari keluarga pemilik perusahaan berbaik hati mentraktir kami. Mungkin beliau tau kalau keuangan kami sudah menipis.. hahaha. (makasih alm. Kaā Lisa, semoga damai di alam sana)
JAKARTA AKU KAN KEMBALIā¦.
Tidak ada pesta yang tidak berakhir…
Itās time to go home..
sekali lagi kami menggunakan taxi sebagai transport untuk ke airport. Bukan sombong dan congkak sih, apalagi kebanyakkan duit, tapi lebih dari ketidaktahuan kami bagaimana caranya menggunakan MRT.. hahaha norak kan..?
Maskapai kebanggan Indonesia tercinta Garuda Indonesia membawa kamiĀ kembali ke Jakarta, ke kota āseribu satu malamā, dimana banyak orang ā orang dari segala pelosok āberadu nyali” untuk sebuah pembuktian diriā¦
….. See you in the other story….
Stay tune @emangbisanulis?
Continue reading Norak-norak Bergembira di Singapore dan Malaysia